Foto: @Stuart_PhotoAFC
Kembali, bertahan menjadi momok bagi srategi possession football ala Arsenal. Pertahanan Norwich yang menempatkan 10 pemain sepanjang waktu membuat Arsenal sulit menerobos dinding berlapis tersebut. Strategi bertahan Norwich membuat Arsenal hilang kreativitas, Cazorla, Wilshere, dan Gervinho gagal menembus rapihnya pertahanan Norwich. Berkali-kali pula Arsenal melakukan kesalahan mendasar dalam passing, banyak passing yang tidak tepat sasaran.
Serangan balik Norwich
membuat Gibbs melakukan pelanggaran di luar kotak penalti Arsenal. Snodgrass
yang mengambil tendangan bebas memberikan umpan terukur ke tengah kotak
penalti. Sundulan Turner menuju ke pojok
kanan gawang berhasil membobol Fabianski. Praktis keunggulan 1-0 Norwich
membuat mereka semakin bertahan. Bertahan dengan formasi 4-1-4-1 membuat
Arsenal seolah mati kutu. Passing
pemain menjadi kacau, tak adanya pemain yang rajin membuka ruang menmbuat
Arsenal kembali stuck.
Menit 60 masuklah
Walcott dan Podolski member warna baru terhadap daya gedor Arsenal. Walcott
dengan speed dan pace-nya mencoba menusuk dari sisi kanan Norwich. Sementara Poldi
berkali-kali mendapat peluang emas, namun tidak dapat dimaksimalkan.
Satu-satunya peluang Poldi ada pada menit 78 memanfaatkan assist Giroud namun sayang tendangannya mengenai mistar.
Menit 80 masuk
Chamberlain menggantikan Sagna, sehingga membuat Ramsey digeser ke bek kanan.
Sepnajang pertandingan Ramsey merupakan salah 1 pemain Arsenal yang paling menonjol,
kebisaaan dia ditempatkan di wing
ataupun bek sayap membuat Ramsey bermain lebih taktis. Cepat dalam melakukan passing, dapat melihat posisi pemain
diberbagai sudut. Wajar jika Ramsey akhir-akhir ini berkembang, menjadi midfielder dan pivot yang tangguh bersama Arteta. Hal ini dikarenakan Ramsey suka
dipasang Wenger di posisi sayap yang mengharuskan dia mencari celah seminim
mungkin di daerah yang terbatas.
Pada menit 85 Arsenal
mendapat penalti karena Giroud dilanggar oleh pemain Norwich Arteta sebagai
eksekutor berhasil mengkonversi penalti tersebut 1-1. Dengan gol Arteta mau
tidak mau Norwich kembali sedikit membuka permainan mereka, namun celah
tersebut dapat dimanfaatkan para pemain Arsenal. Chamberlain dan Poldi
melakukan 1-2 di sisi kiri pertahanan, umpan Chamberlain berhasil membuat
Bassong bunuh diri dan membuat Arsenal comeback
2-1. Sementara gol pemungkas yang dilesakkan Poldi pada menit 90+ memanfaatkan assist Walcott yang dimana
pergerakkannya berbau offside.
Terlepas dari
kemenangan 3-1 atas Norwich, sejujurnya penulis melihat Arsenal bermain kurang
bagus ya enough-lah, kembali “mandeg”
melawan tim yang baik dalam bertahan. Sebenarnya (meurut penulis) ada banyak
cara melawan tim yang menggunakan strategi bertahan, diantaranya passing dengan intensitas yang tinggi,
seolah-olah mengocok formasi mereka, namun dalam hal ini para pemain harus
rajin membuka ruang dan memiliki stamina yang kuat. Lalu, rajin melakukan umpan
terobosan. Umpan terobosan juga harus dilakukan dengan visi yang baik oleh pemberi
umpan serta kecepatan dari pemain yang menerima tersebut. Dengan visi passing yang baik dapat membuat pemain
bertahan “terlalu” fokus dengan arah laju bola, sehingga terkadang membuat
pemain yang dijaganya lepas, disitulah kecepatan pemain yang menerima umpan
dibutuhkan. Namun ada kelemahannya, umpan terobosan ini rentan dengan offside, maka dari itu harus dilakukan
dengan timing yang tepat. Selain itu
membuat gol cepat atau unggul terlebih dahulu juga bisa membuat tim yang
bertahan menjadi bermain lebih terbuka, dikarenakan harus mencetak gol juga
agar terhindar dari kekalahan.
Para super subs
menyelamatkan muka Arsenal di Emirates, dalam kurun waktu kurang lebih 10 menit
membuat Arsenal berhasil comeback super
dengan mencetak 3 gol. Kali ini, penulis mengakui kecermatan seorang Wenger
yang memasukkan Walcott, Poldi dan Chambo sebagai substitutes dan menempatkan Ramsey sebagai bek kanan. Para super
subs tersebut memberikan dampak signifikan, dari ketiga super subs tersebut ada
1 kesamaan yang dimiliki oleh mereka, yaitu kecepatan. Ya, kecepatan dibutuhkan
Arsenal saat tertinggal, karena kecepatan dapat merusak sistem bertahan suatu
tim. Lihat saja Walcott ketika mendapat bola 1 sampai 2 pemain Norwich mencoba
menghentikannya, dan juga ketika pemain Norwich memegang bola setidaknya para
pemai Norwich tidak bisa memegang bola terlalu lama karena terus dikejar, dan
hampir saja Arsenal mendapat penalti ketika Walcott dijatuhkan. Namun sayang
bukan merupakan pelanggaran.
Akhir kata, sampai
kapan PR ini (bertahan) berhasil ditaklukan Wenger dengan taktik dan strategi possession football selepas para Invicible pergi meninggalkan Arsenal?
Oleh: M. Fajar Ramadhan
No comments:
Post a Comment